Salah satu kesamaan
antara Harajuku di Jepang dan Haraduku di Jakarta adalah nama lokasinya yaitu di sekitaran stasiunnya
. Jika Harajuku mengacu pada kawasan di sekitar Stasiun Harajuku Tokyo, yaitu
antara Shinjuku dan Shibuya, Haraduku terletak di kawasan stasiun KRL dan MRT
Dukuh Atas. Apa sih Haraduku? Haraduku sendiri merupakan plesetan dari
Harajuku, gaya jalanan remaja Jepang dan
tempat bertemunya para remaja dengan pakaian unik dan eklektik. Fashion
Harajuku berasal dari budaya anak muda Jepang yang juga
paling terkenal di dunia dan perlahan menghilang, kenapa bisa
terjadi? Sebelum menjawab pertanyaan
kenapa bisa Harajuku street fashion pudar, ini cerita dan maksudnya!
Menurut fotografer Aoki
Choichi pengelola
majalah street fashion FRUiTS mengatakan bahwa, street fashion di
Harajuku perlahan-lahan mulai punah dan sangat berpengaruh dalam mendokumentasikan
gaya pakaian Harajuku. Ia meyakini fashion Harajuku adalah sebuah revolusi
fashion Jepang di akhir tahun 1990 an.
Namun, ia menutup majalah tersebut pada tahun 2017. Lalu apa alasannya? Salah
satu alasan utamanya adalah pemerintah mengeluarkan izin pemasaran cikal bakal
fashion Harajuku. Lalu lintas tempat
berkumpulnya para anak-anak muda kreatif ini disabotase dan mereka
kehilangan tempat eksis untuk menampilkan
ekspresi diri.
Fashion jalanan
Harajuku merupakan street fashion
yang populer di kalangan anak muda. Fashion ini tidak hanya populer di kalangan
anak muda Jepang, tapi juga sudah merambah hingga ke mancanegara. Fashion
jalanan Harajuku memiliki gaya yang
berbeda-beda seperti visual kei, decora, Ura Harajuku, lolita, Mori kei dan fairy kei . Setiap gaya
pemakai busana mempunyai arti dan alasan yang berbeda-beda dalam memakainya.
Salah satu alasan para penggemar fashion
yaitu selalu ingin memakainya adalah
karena resistensinya. Fashion masa kini tidak hanya soal gaya, tapi juga
tentang presentasi diri. Fashion merupakan salah satu media yang dapat
digunakan untuk menyampaikan sesuatu maksud dan tujuan. Kata Eco berarti "berbicara"
melalui pakaian. Eco artinya dia menggunakan pakaiannya untuk mengkomunikasikan
apa yang ingin di lakukan dengan menggunakan pakaian yang digunakan sebagai
perwakilan dari kata-kata yang dia ucapkan dalam konteks yang berbeda. Sebagai contoh
bilamana kita menggunakan pakaian bewarna hitam banyak orang menilai kita
sedang berduka atas kepergian atau kehilangan, sedangkan warna putih termasuk
kategori warna yang diartikan suci dan bersih.
Fashion yang merupakan
ekspresi diri pemakainya terbagi menjadi
dua jenis yaitu high fashion dan street fashion. High fashion
adalah fashion yang dipromosikan oleh desainer profesional, diterbitkan oleh
media dan kemudian dikonsumsi oleh masyarakat. Negara yang paling terkenal dengan haute couture
adalah Perancis, Italia, Amerika dan Inggris.
Street fashion merupakan
sebutan untuk fashion yang tidak mengikuti majalah, brand dan iklan, namun
menyebar di kalangan anak muda di jalanan. pada saat ini para desainer lebih terinspirasi dari
gaya anak muda jalanan. Fashion
merupakan salah satu produk budaya yang selalu ada di setiap negara, salah
satunya Jepang. Jepang merupakan salah
satu “kiblat fashion” dunia, bukan hanya karena karya desainer “haute couture” ternama
seperti Kenzo Takada (KENZO), Issey Miyake dan Rei Kawakubo (Comme des
Garcons), namun Jepang juga terkenal street fashion yang begitu populer terutama di Tokyo dan
Osaka. Kemunculan fenomena street fashion di Jepang Fashion jalanan
Jepang menjadi semakin inovatif dan kreatif karena lemahnya kondisi
perekonomian oleh resesi ekonomi pada tahun 1980 an. Street
fashion Jepang telah menjadi salah satu daya tarik Jepang yang menarik wisatawan internasional. Salah satu subkultur Jepang itu. Gaya street
fashion Jepang yang paling terkenal adalah
harajuku street fashion, atau gaya harajuku.
Harajuku street fashion
lahir setelah keberadaan Takeokozoku pada tahun 1979. Sejak saat itu, harajuku
street fashion semakin berkembang dan diminati di kalangan anak muda
Jepang. Sebagian besar penggunanya
adalah remaja berusia antara 16 dan 20 tahun. Harajuku street fashion
mempunyai arti tersendiri bagi masyarakat Jepang yaitu
perlawanan terhadap budaya seragam yang berlaku di Jepang. Di Jepang,
seragam merupakan indikator visual penting dalam kelompok pemakainya.
Fashion jalanan Harajuku
tidak hanya digunakan sebagai bentuk perlawanan
budaya terpadu, tetapi juga sebagai kesempatan bagi para penggemar untuk
melawan berbagai isu. Misalnya, gaya visual kei yang muncul di Jepang sebagai
subkultur dengan pesan yang menentang standar dan nilai moral. Pengagum gaya
ini memiliki semangat perlawanan terhadap budaya, tatanan sosial, dan norma
masyarakat Jepang yang mereka jalani
dalam kehidupan sosial. Penggemar street fashion di Indonesia juga
banyak. Eksistensi pecinta street fashion Harajuku di Indonesia dapat
dibuktikan dengan adanya komunitas pecinta
street fashion Harajuku seperti KHCI (Harajuku and Cosplay
Indonesia Community) di Jakarta dan HSS (Harajuku Street Surabaya) di
Surabaya. Namun dibandingkan HSS, KHCI lebih ke arah cosplay dibandingkan street fashion Harajuku
Bagaimana sobat Tique perasaan mengenal kesamaan antara Harajuku di Jepang dan Haraduku di Jakarta? Dimana keduanya adalah street fashion Kira-kira cocok enggak bilamana sobat Tique aplikasikan didalam kehidupan dengan gaya yang terlihat nyentrik dan gokil ?? . Semoga uraian singkat ini berguna khususnya buat pengrajin seni batik dan tenun di Nusantara ya dimana bisa mengembangkan ide-ide motif yang lebih keren lagi agar banyak peminatnya yang mau menggunakan batik. Walau awalnya di sekitaran stasiun sudah ditutup Citayam Fashion Week karena penggunaan zebra cross bukan untuk catwalk melainkan untuk penyebrangan orang dan menggangu aktivitas warga. Namun bilamana batik bisa di perkenalkan di catwalk kan terasa lebih waoo banget kan ?? .
Silahkan di beri komentar
serta jawabannya kepada mimin ya sobat Tique di alamat email 1maculata.batique@gmail.com atau tulis aja di
kolom komentar. Terima kasih banyak sobat Tique, sampai jumpa kembali! Jangan
lupa untuk terus ikuti berita terupdate nya ya…