Rabu, 02 Agustus 2023

MIRIS !!! GENERASI X, Y DAN Z TERANCAM TIDAK MENEMUKAN KAIN LURIK ASLI

Hallo selamat datang bersama mimin Tique. Hari ini kita akan membahas mengenai Generasi X, Y dan Z tidak semuanya dapat menemukan kain lurik secara nyata mengapa demikian ?? berikut pembahasannya.


Gambar; Google

Sangat sedih bilamana sedikit demi sekikit kearifan lokal kita salah satunya batk Lurik yang beragam motif serta warna harus siap hilang dari permukaan bumi sebab tak ada yang mampu melanjutkan cara mengolahnya.

SEJARAH

Kain lurik adalah salah satu jenis kain tradisional yang berasal dari pulau Jawa tengah daerah penghasil lurik adalah Yogyakarta. Lurik sendiri salah satu pakaian khas selain batik. Kata Lurik berasal dari bahasa jawa yang berarti “Lorek” yang berarti garis-garis. Sederhana dalam penampilan, maupun dalam pembuatan namun sarat dengan makna. Fungsi dari kain lurik selain fashion juga untuk symbol dan ritual keagamaan. Kain lurik ini pertama kali ditemukan di daerah perdesaan Jawa. Kain ini tidak hanya digunakan oleh mayarakat perdesaan setempat melainkan digunakan pula di dalam lingkungan Kerajaan keraton. Dalam motifnya lurik ini yang digunakan untuk kalangan bangsawan berbeda dengan yang di pakai rakyat jelata. Maka motif yang dipakai untuk upacara adat, kain yang dikenankan juga sesuai dengan tujuannya.

Awalnya kain lurik dibuat dalam bentuk sederhana seperti bentuk selendang dimana dipakai untuk kemben ataupun alat untuk menggedong bayi di masa itu. Kain ini juga sudah dikenal sehak zaman Kerajaan Majapahit, relief pada candi Borobudur menggambarkan keberadaan penenun kain lurik dengan alat tenun gedong.

Namun seiring berkembangnya teknologi canggih dan waktu, kain lurik mulai dijahit menjadi pakaian pria atau beskap dan digunakan sebagai jarik atau kebaya bagi wanita. Setelah mengetahui sejarahnya maka demi menjaga dan memperkenalkan kepada beberapa generasi baru kain lurik ini bahkan dijadikan busana sehari-hari di beberapa daerah. Dengan tujuan memperkenalkan bahwa Indonesia memiliki banyak peninggalan dari nenek moyang yang perlu dilestarikan agar tidak punah.

Lurik adalah kain tenun yang berasal dari Jawa Tengah dengan pola dasar berupa garis-garis atau sel berwarna kusam yang sering diselingi dengan benang-benang yang berbeda warna. Kata lurik berasal dari akar kata “rik” yang berarti aliran atau selokan yang diartikan sebagai pagar atau perlindung bagi pemakainya.

MAKNA

Dalam kehidupan Masyarakat Jawa, tenun lurik merupakan salah satu wujud kekayaan budaya tradisional yang telah memiliki keunikannya tersendiri. Salah satunya adanya unsur garis dan bidang yang bervariasi. Unsur garis dan bidang tersebut bukan semata bertujuan untuk keindahan secara visual atau fisioplastus tetapi juga memiliki keindahan secara filosofi.

Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan tenun lurik berupa benang yang terdiri dari dua macam yaitu benang lungsi yang biasa digunakan dalam wujud cosnes yang kemudian diolah dan dipersiapkan melalui proses penyetrengan, pencelupan, pengelosan.

 

MOTIF

Desain atau motif lurik tradisional mengandung makna seperti tuntunan, cita-cita dan harapan bagi pemakainya. Namun, pengguna Lurik sekarang lebih sedikit daripada beberapa dekade yang lalu.

Pola lurik yang digunakan oleh kalangan bangsawan berbeda dengan yang digunakan oleh masyarakat umum, demikian pula lurik yang digunakan dalam upacara adat tergantung pada zaman dan tujuannya. Bilamana corak dengan variasi berbeda mengandung makna yang telah digariskan menjadi sebuah patron corak.

Patron -patron corak dalam masyarakat Jawa dianggap memiliki kekuatan mistis, sehingga penggunaannya terbatas pada waktu atau kepentingan tertentu. Selain itu juga terdapat corak liwatan, tumbar pecah, kembenan dan nyampingan yang dipakai untuk upacara selamatan tujuh bulanan (ibu hamil) hal ini dilakukan agar ibu dan bayi disaat melakukan proses melahirkan dapat berjalan normal serta selamat. Maupun corak pletek jarak khusus yang dipakai oleh bangsawan yang dianggap menambah kewibawaan pemakainya.

Berikut beberapa motif lurik dan makna yang terkandung di dalam nya :

1.  Motif Kluwung

Kluwung adalah pelangi yang merupakan kejaiban alam dan tanda kebesaran  dari Tuhan, Sang Pencipta. Karena itu lurik dalam corak kluwing dianggap sacral dan mempunyai tuah sebagai tolak bala. Secara simbolis, pola corak kluwung diwakili oleh garis-garis lebar beraneka warna seperti pelangi.


Gambar : Google

2. Motif Tuluh Watu

Motif ini berarti “batu yang bersinar” dan dianggap bertuah sebagai penolak bala. Motif ini sering digunakan pada saat upacara Ruwatan Sukerta dan sebagai pelengkapan sesajen upacara persembahan Labuhan. Tuluh dapat berarti kuat atau raksasa

Gambar : Google


3. Motif Tumbar Pecah

Motif Tumbar Pecah diartikan sebagai orang memecah ketumbar dan seharum aroma khas dari ketumbar itu sendiri. Motif ini digunakan untuk upacara tingkeban atau mitoni dengan maksud agar kelahiran berjalan lancer semudah memecahkan ketumbar, ibu dan anak dalam keadaan selamat serta sehat dan bisa menjadi anak yang berguna nagi nusa dan bangsa serta harum namanya.

Gambar : Google

4. Motif Sapit Urang

Motif ini berarti sebagai jepit udang adalah ungkapan simbolis suatu siasat perang, dimana musuh dikelilingi atau dikepung dari samping dengan kekuatan komando serangan berpusat di tengah. Motif ini juga umumnya dipakai sebagai busana prajurit keraton.

Gambar : Google


5. Motif Udan Liris

Motif ini yang paling menarik dari motif lainnya, sebab motif udan liris menggambarkan hujan gerimis dengan model garis-garis ada yang Panjang serta pendek dimana itu adalah air hujan. Karena hujan mengandung konotasi mendatangkan kesuburan, maka motif ini merupakan lambing dari kesuburan dan kesejahteraan.


Gambar : Google

Meskipun dasar kain tenun lurik hanya garis-garis namun kain tersebut menjadi kekayaan budaya yang penting bagi Masyarakat terkhusus orang jawa asli. Sehingga diharapkan untuk generasi X, Y dan Z dapat melestarikan hingga generasi selanjutnya yang akan datang.

 

CARA MEMBUAT

Proses penciptaan kain Lurik tidak mudah. Penenunan dapat dilakukan setelah benang-benang dililitkan satu per satu dengan tangan hingga membentuk gulungan-gulungan benang (tukel) atau yang dapat dilekatkan (sambungkan) pada alat tenun. Belum lagi proses pencucian dan pencelupan untuk menciptakan warna kain yang indah. Satu mesin tenun kayu akan menghasilkan kain per meter berdasarkan besarnya tenaga yang dikeluarkan untuk menginjak tuas tenun pada mesin. Bayangkan, betapa sulitnya untuk hasilkan juntaian kain tenun dengan tenaga di usia yang tak lagi muda.




Gambar : Google

Perajinnya asli setempat dari waktu ke waktu mulai menghilang. Hal ini mulai terjadi karena daya minat masyarakat kurang serta tidak semua orang bisa menggunakan alat tersebut.  Beberapa waktu lalu, Setelah sempat berkunjung ke sentra kerajinan pembuatan kain Lurik di Klaten, Jawa Tengah satu fenomena ironis yang ditemukan, adalah sosok renta yang berada di balik setiap alat tenun. Dengan usia yang tak lagi muda atau generasi usia baby boomers, yakni rata rata di atas 55 tahun, orang tua yang jumlahnya tak banyak ini mengoprasikan mesin tenun tradional yang sederhana dengan sekuat tenaga.

Demikian untuk bahasan hari ini mengenai bagaimana terbentuk atau cara pembuatan kain lurik asli. Semoga dengan artikel ini membuat generasi penerus bangsa seperti generasi X, Y dan Z mau belajar bagaiamana membuat kain asli bernama lurik. Kita harus jaga kebudayaan nya agar tidak punah  namun bisa eksis hingga sekarang. Dari artikel yang mimin Tique buat mungkin ada yang merasakan  "Adakah di antara adik adik generasi milenial dan Z yang punya usulan bagaimana menghidupkan kembali seni tenun tersebut? Bagaimana pendapat Anda? " silahkan di beri komentar serta jawabannya kepada mimin ya sobat Tique di alamat email  1maculata.batique@gmail.com atau tulis aja di kolom komentar. Terima kasih banyak sobat Tique, sampai jumpa kembali!.