Minggu, 13 Agustus 2023

KENANGAN PEREMPUAN PENJAHIT BENDERA MERAH PUTIH

 

Gambar : Google

Fatmawati, pahlawan nasional Indonesia, telah wafat namun tetap dikenang. Pasti sudah tidak asing lagi dengan jasa beliau menjahit bendera merah putih Saka Pusaka Ibu Fatmawati. Nah, untuk mengenangnya di Hari Kemerdekaan ini. Mimin Batique telah  merangkum sejumlah fakta mengenai Ibu Fatmawati dengan beberapa poin yuk simak ya!

Masa Kecil Fatmawati

Fatmawati Soekarno lahir di kota Bengkulu, pada tanggal 5 Februari 1923. Ia lahir dari orang tua beretnis Minangkabau, Sumatera Barat, yaitu Hassan Din dan Siti Chodijah, keturunan Putri Indrapura, anggota keluarga kerajaan Kesultanan Indrapura. Hasan Din, ayah Fatmawati, adalah seorang pengusaha dan pemimpin Muhammadiyah di Bengkulu. Sejak kecil, Fatmawati sudah dibekali nilai-nilai religi oleh keluarganya, terutama keterampilan membaca ayat-ayat suci Alquran. Ia juga pandai bersosialisasi dan aktif mengelola organisasi Muhammadiyah. Maka dengan organisasi inilah menjadi awal pertemuan Fatmawati dengan Ir. Soekarno

Kisah Asmara Fatmawati dan Soekarno

Pada tanggal 1 Juni 1943, Fatmawati resmi menikah dengan Soekarno dan menjadi istri ketiganya. Fatmawati dan Soekarno dikaruniai lima anak. Fatmawati menjabat sebagai Ibu Negara Indonesia dari tahun 1945 hingga 1967. Nama anak -anak kandung dari ibu Fatmawati dan Soekarno yaitu

1. Guntur Soekarnoputra (3 November 1944)

2. Megawati Soekarnoputri (23 Januari 1947)

3. Rachmawati Soekarnoputri (27 September 1950 – 3 Juli 2021)

4. Sukmawati Soekarnoputri (26 Oktober 1951)

5. Guruh Soekarnoputra (13 Januari 1953)


Gambar : Google

Perjuangan Menjahit Bendera Merah Putih

Salah satu kontribusi terpentingnya adalah menjahit bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih, yang kemudian dikibarkan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 di Jakarta. Fatmawati, yang berarti "bunga teratai", adalah sosok perempuan yang berjuang menyambut kemerdekaan Indonesia dan berhasil menjahit bendera merah putih.

Fatmawati adalah istri dari Presiden pertama Republik Indonesia yaitu Soekarno dan  selamanya tak pernah dilupakan serta akan dikenang sebagai penjahit bendera sang merah putih sebagai lambang Indonesia. Pemikiran Fatmawat mendahului pemikiran besar Soekarno dan tokoh-tokoh kemerdekaan lainnya. Saat itu, Fatmawati mendengar teriakan bahwa bendera Indonesia belum juga muncul saat Soekarno dan yang lainnya berkumpul menyiapkan alat untuk membacakan teks deklarasi. Ketika Fatmawati mengetahui bahwa Jepang telah memberikan izin kepada Indonesia untuk merdeka, terpikir olehnya bahwa penting untuk memiliki bendera yang dapat berkibar. Fatmawati mencoba mencari cara untuk mendapatkan kain merah putih itu. Pemerintah Jepang kemudian menyewa seorang ahli propaganda bernama Shimizu untuk mencari substansinya. Shimizu mencoba mendapatkan kain itu melalui seorang pejabat Jepang, mantan penjaga barikade di depan teater Capitol. Setelah menerima kain merah putih, Shimizu segera mengirimkannya ke Fatmawati. 

Tak lama setelah menerima kain merah dan putih tersebut tanpa pikir panjang  Fatmawati segera menyatukannya dengan mencoba untuk menjahit bendera Sang Saka Merah Putih berukuran 2x3 meter itu dijahit di ruangan tempat makan dengan harapan kelak dapat digunakan untuk keperluan negaranya. Walau hanya 'Merah dan Putih' tentu saja bukan perkara mudah bagi Fatmawati yang saat itu sedang hamil besar sambil menitikkan air mata ketika menjahit bendera ini. Bukan tanpa alasan, sebab saat itu Fatmawati tengah menanti kelahiran Guntur Soekarnoputra dimana mendekati bulannya untuk dilahirkan.

Fatmawati menjahit menggunakan mesin jahit Singer sebab hanya bisa menggunakan dengan gerakkan tangan. Karena mesin jahit  menggunakan kaki tersebut tidak diperbolehkan mengingat usia kehamilan. Fatmawati baru selesai menjahit bendera merah putih dalam dua hari. Untuk pertama kali dikibarkan pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta.

Gambar : Google

Setelah Pengibaran Bendera Merah Putih

Setelah itu, Sang Merah Putih dibawa presiden, wakil presiden, dan para menteri yang pindah ke Yogyakarta pada 1946. Langkah itu dilakukan karena Jakarta tidak aman. Namun pada tahun 1948, Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda. Presiden Soekarno pun berusaha menyelamatkan Sang Merah Putih dengan menyerahkannya kepada asisten setianya, Husein Mutahar. Untuk alasan keamanan, Husein kemudian membagi dua bendera nasional tersebut menjadi dua bagian, yakni warna merah dan putih yang diletakkan terpisah dalam dua tas yang berbeda. Pada 1949 ketika Presiden Soekarno yang berada di pengasingan tepatnya Bangka Belitung meminta kembali bendera itu dan menjahitnya lagi menjadi satu. Setelah mengakhiri pengasingannya pada tahun 1949, Presiden Soekarno membawa kembali bendera kebangsaan ke Yogyakarta dan mengibarkannya di Gedung Agung pada tanggal 17 Agustus 1949. Pada tahun 1958, bendera merah putih ditetapkan sebagai bendera pusaka hingga dikibarkan setiap tanggal 17 Agustus setiap tahunnya Perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia di Istana Merdeka. Namun, Bendera Pusaka terpaksa dikibarkan terakhir kali pada 17 Agustus 1968 karena kondisinya sudah sangat rapuh dan warnanya pudar.Sejak saat itu, Indonesia tidak lagi mengibarkan bendera merah putih asli, melainkan duplikasinya. Bendera Pusaka kemudian disimpan dalam etalase kaca fleksibel di Pendopo Bendera Pusaka di Istana Merdeka. Bendera Pusaka ini diawetkan oleh Balai Pelestarian Museum dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 21 April 2003. Tujuannya untuk membersihkan bendera dari noda dan kotoran, menghilangkan kerutan, mengembalikan bagian bendera yang robek, menghilangkan jamur dan memasang kembali dalam keadaan gulungan.. Kemudian, Bendera Pusaka dijadikan Cagar Budaya Nasional. Selama bertahun-tahun, bendera Sang Saka yang dijahit Fatmawati dikibarkan saat upacara kenegaraan. Hingga akhirnya bendera tersebut diganti dengan bendera ganda karena senioritasnya. Tujuannya untuk membersihkan bendera dari noda dan kotoran, menghilangkan kerutan, mengembalikan bagian yang sobek, menghilangkan jamur dan menyimpannya dalam keadaan tergulung. Kemudian bendera pusaka menjadi warisan budaya nasional.

Gambar: Google

Kepergian Ibu Fatmawati

Fatmawati adalah sosok perempuan yang memperjuangkan hak-hak perempuan dan memperkuat posisi perempuan di masyarakat pada zamannya. Kemudian pada tahun 1980, ketika Fatmawati berusia 57 tahun setelah menunaikan ibadah Umroh, dalam perjalanan pulang dari Arab Saudia saat pesawat transit di Kuala Lumpur, Fatmawati mengalami serangan jantung dan dinyatakan meninggal dunia di General Hospital Kuala Lumpur. Jenazah beliau saat ini bersemayam di Taman Pemakaman Umum Karet di Jakarta Selatan. Cara pemakaman beliau sangatlah sederhana, dimana tidak menggunakan proses militer seperti para pahlawan lainnya. 

Gambar : Google

Wah sungguh luar biasa ya pengorbanan ibu Fatmawati untuk Indonesia, dengan kecerdasan serta waktu yang tidak panjang akhirnya bisa membuat bendera sang saka merah putih sebagai bukti kemerdekaan Indonesia hingga bisa ke usia 78 nanti tepatnya sudah H-3 nihh..

Dari cerita ibu Fatmawati dalam gambaran sobat Tique bagaimana rasanya harus berjuang disaat kondisi mendesak dan alat semuanya masih tradisional ?  Walau hanya tersedia dua warna yaitu merah dan putih tetapi memiliki nilai tersendiri dimana merah berarti berani dan putih berarti suci. Arti lain, merah melambangkan tubuh manusia. Sementara putih melambangkan jiwa manusia. Keduanya saling melengkapi dan menyempurnakan Indonesia.

Bagaimana sobat Tique perasaan mengenal ibu Fatmawati dimana kita sebagai kaum muda diharapkan mampu untuk menjaga nama baik Indonesia dan mendoakan semoga Indonesia bisa menjadi negara Maju di tahun 2045 dimana banyak generasi -generasi penerus muda. Silahkan di beri komentar serta jawabannya kepada mimin ya sobat Tique di alamat email  1maculata.batique@gmail.com atau tulis aja di kolom komentar. Terima kasih banyak sobat Tique, sampai jumpa kembali!