Hallo selamat datang bersama mimin Tique. Hari ini kita akan membahas kain tenun. Pasti melihat dari judul nya semua pada bingung emang umur berapa kain tenun itu ? berikut pembahasannya.
Sejarah Tenun
Kain tenun biasanya
terbuat dari kapas (katun), serat kayu, sutera, benang perak, benang emas dan
lain-lainnya. Antropolog mengklaim bahwa
menenun sudah ada sejak 500 SM.
(sebelum Masehi), terutama di wilayah Mesopotamia, Mesir, India dan Turki. Keberadaan tekstil tradisional Indonesia
diyakini telah berkembang sejak zaman Neolitikum (prasejarah). Hal ini
dibuktikan dengan ditemukannya artefak prasejarah seperti kain tenun, roda pemintal, dan
material yang terlihat jelas dari kain katun. Pada 3.000 tahun yang lalu ditemukan
kain tenun di wilayah seperti Yogjakarta,
Gilimanuk, Sumba Timur, Gunung Wingko, Melolo. Salah satu tenun yang di bahas oleh
mimin Tique saat ini adalah Tenun
Sekomadi.
Tenun Sekomadi merupakan salah satu warisan leluhur masyarakat Kalumpang Kabupaten Mamuju, diyakini sebagai salah satu tenun tertua di dunia, berusia lebih dari 480 tahun, memiliki makna spiritual dalam segala corak dan warna. Motif tenun Sekomandi yang paling populer adalah motif Ulu Karua yang berarti ada delapan orang (tokoh) atau kelompok berkepentingan dalam adat. Proses produksi kain tenun juga memakan waktu dari seminggu hingga sebulan tergantung kerumitan (motif) dan panjang kain.
Di Indonesia, khususnya di wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara (NTT dan NTB), produksi kain tenun merupakan hal yang umum, dan kain tersebut biasanya diproduksi dalam skala rumah tangga. Nama kain dari tenun Sekomandi terdiri dari dua kata yaitu “seko” artinya persaudaraan atau kekeluargaan dan “mandi” yang berarti kuat atau ikatan persaudaraan dekat dan sangat erat. Secara garis besar tenun sekomandi berarti hubungan persaudaraan yang kuat. Setiap pola dan warna benang rajut orde dua memiliki makna spiritual. Ada beberapa motif tenunan di Sekomandi, salah satunya adalah motif ulu karua yang berarti delapan tokoh adat atau delapan pemangku adat. Nama Ulu karua berasal saat nenek moyang masyarakat Kalumpang-Mamuju pergi berburu dengan hewan yaitu anjing kemudian pergi masuk ke dalam gua. Ketika keluar dari gua, anjing itu menggigit daun berpola itu (bermotif). Filosofi dibalik motif ini melambangkan delapan pemangku adat masyarakat Bonehau dan Kalumpang di masa lalu. Panjangnya bervariasi dari 4 hingga 10 meter dan biasanya digunakan untuk acara-acara tertentu seperti pernikahan, pemakaman, dan acara adat. Selain itu, proses pembuatan tenun sekomandi cukup unik dan memakan waktu lama, bahkan berbulan-bulan. Kain tenun sekomandi ini terbuat dari kulit kayu yang ditumbuk kemudian diproses untuk dipintal. Pewarna alami kemudian ditambahkan pada proses pembuatan tersebut, salah satunya cabai dan kemiri serta beberapa akar tumbuhan untuk membuat perekat warna dasar, yang dilumurkan kedalam kapas setelah ditumbuk pada lesung, dan dimasak bersama benang kapas lainnya. Warna kain Sekomand didominasi warna coklat, merah dan krem dengan dasar hitam. Sampai saat ini, proses produksi tekstil ini masih tetap tradisional. Penenun (pengrajin) kain tenun sekomandi biasanya mewarisi keterampilan menenun tenun bermotif sekomandi biasanya dari keluarganya secara turun-temurun. Proses produksi yang rumit membuat kain tenun sekomandi memiliki nilai harga jual yang luar biasa (fantasis). Harga selempang dari kain tenun Sekomandi adalah Rp. 250.000 hingga Rp. 10.000.000 lebih. sementara satuan lembar kain diharga mencapai Rp 80.000.000 lebih.
Ragam Tenun Nusantara
Beberapa daerah yang
terkenal dengan produksi kain tenunnya adalah Sumatra Barat, Palembang, dan
Jawa Barat. Di Palembang ada dua kerajinan tenun yaitu Kain Tajung dan Songket,
biasanya songket Palembang ditenun dengan menggunakan benang perak dan emas,
sedangkan kain Tajung atau Sewet Tajung Gebeng ditenun
Berikut contoh-contohnya dari beberapa penjuru Nusantara :
1. Bali (Kain tenun Endek, Songket Beratan, Kain Gringsing, Kain Bebali)
2. Jawa (Tenun Ikat Troso)
3. Kalimantan (Pua Kumbu, Tenun Corak Insang, Tenun Ulap Doyo)
4. Maluku (Tenun Ikat Tanimbar)
5. Nusa Tenggara (Kain Tenun Nagekeo, Tenun Ikat NTT, Tenun Ikat Ende-Lio, Tenun Ikat Sumbawa, Tenun Ikat Sumba, Tenun Pringgasela )
6. Sulawesi (Tenun Bentenan, Tenun Buton, Tenun Donggala, Tenun Gorontalo, Tenun Mandar, Tenun Sabbe)
7. Sumatera (Kain Tapis, Kain Ulos, Songket Minangkabau, Songket Palembang, Songket Pandai Sikek, Tenun Siak, Songket Silungkang, Sewet Tajung, Sewet Blongsong, Pelangi Jumputan Palembang, Blongket )
Keunikan Kain Tenun
Sekomandi
Keunikan kain tenun Ikat
Sekomandi, terdapat pada pola warna dan struktur kain. Dimana semua proses
pengerjaannya dilakukan dengan tangan atau ditenun dengan menggunakan alat-alat
tradisional lainnya. Dibutuhkan waktu berminggu-minggu, bahkan
berbulan-bulan-bulan untuk memproduksi sehelai kain tenun ikat Sekomandi..
Proses ini dilakukan agar supaya warna dalam ikat sekomandi tidak luntur.
menciptakan
motif tertentu, sang penenun sebelumnya tidak membuatkan pola atau sketsa pada
benang yang diikat pada katadan. Namun, pembuatan pola motif dan sketsa terjadi
dalam pikiran dan imajinasi penenun.
Saat ini, sudah tidak
banyak orang yang bisa menenun kain ikat sekomandi. Oleh karena itu diperlukan
perhatian khusus agar kain warisan leluhur ini tetap lestari. Apalagi motif
tenun ikat dari Kalumpang dikenal sebagai salah satu ragam motif tertua di
dunia.
Nilai Filosofis Seni
Tenun
Erat kaitannya dengan sistem informasi, budaya, kepercayaan, lingkungan alam dan sistem organisasi sosial masyarakat. Karena sosial budaya masyarakatnya berbeda-beda, maka seni menenun berbeda-beda di setiap daerah dengan cirikhas masing-masing. Kemampuan seni menenun dalam masyarakat selalu menjadi ciri khas serta merupakan bagian dari representasi budaya masyarakat dimana mereka diajarkan sejak berumur muda hingga tua dari keluarga bagaimana membuat kain tenun yang bagus menggunakan alat tradional. Sehingga kualitas tenunan biasanya tercermin dari mutu kualitas bahan, keindahan warna serta corak (motif) dan ragam dekorasi hiasan.
Hari Tenun Nasional
Bapak Joko Widodo
(Jokowi), Presiden Repbulik Indonesia menetapkan setiap tanggal 7 September diperingati
sebagai Hari Tenun dan Songket Nasional. Penetapannya memiliki landasan atau
dasar hukum kuat berupa Keputusan Presiden RI pada 16 Agustus 2021.
Ditetapkannya Hari Tenun
Nasional pada tanggal 7 September tidak terlepas dengan sejarah diresmikannya sekolah
Tenun pertama di Indonesia, pada tanggal 7 September tahun 1929 oleh Dr.
Soetomo di Surabaya. Dan sebagai salah satu warisan nenek moyang milik negara Indonesia
yang harus dijaga agar tidak mengalami kepunahan.
Macam Motif kain Tenun Sekomadi
1. Motif Baba Deata (Ulu Karua Barinni)
Pori Baba Deta (Ulu Karua Barinni) adalah seorang bangsawan atau pemimpin yang memiliki kekuasaan untuk memikirkan bertindak secara bijaksana dalam kesatuan rumpun keluarga.\
2. Motif Ulukarua Lepo (Ulu Karua Kasalle)
Pori Ulukarua Lepo adalah seorang bangsawan yang bertugas serta diberikan kepercayaan untuk mengambil keputusan mana yang baik dan benar demi kesejahteraan.\
3. Motif Lelen Sepu
Pori Lelen Sepu adalah tempat pengumpulan keluarga, baik yang berpenca kemana mereka pergi sesuai dengan cara mereka untuk mencari nafkah, namun ikatan kekeluargaan tidak akan pernah putus sampai pada turunan tujuh puluh lapis.
4. Motif Tonoling
Pori Tonoling adalah membuat hubungan kekeluargaan yang baik, meskipun tidak ada hubungan darah tetapi dapat menciptakan hubungan keakraban yang sejati.
5. Motif Toboalang
Pori Toboalang adalah tempat penyimpanan hasil usaha bagi mereka yang sudah bekerja keras dalam setiap usaha apapun.itu.
6. Motif Kokkong
Pori Kokkong adalah motif mempunyai komitmen atau prinsip yang tidak dapat dirubah dalam persaudaraan untuk bekerja keras demi menghasilkan yang terbaik.
7. Motif Totandug
Pori
Totandung adalah salah satu tempat yang nyaman dan indah untuk menghirup udara segar
dan menikmati suatu kebahagiaan setelah mendapatkan sesuatu yang terbaik
melalui usaha seperti bekerja keras.
Bagaimana sobat Tique perasaan mengenal berbagai macam khas tenun dimana kita sebagai kaum muda diharapkan mampu untuk menjaga nama baik Indonesia sebagai pemilik warisan nusantara yaitu kain tenun dan mendoakan semoga Indonesia bisa menjadi negara Maju di tahun 2045 dimana banyak generasi -generasi penerus muda. Silahkan di beri komentar serta jawabannya kepada mimin ya sobat Tique di alamat email 1maculata.batique@gmail.com atau tulis aja di kolom komentar. Terima kasih banyak sobat Tique, sampai jumpa kembali!